Sabtu, 09 Mei 2015

Proses Konsepsi dan Anatomi Panggul

RESUME
PROSES KONSEPSI dan ANATOMI PANGGUL
Disusun Oleh:
Zulia Jayanty ( 14140081 )
Kelas : B. 11. 2

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2014/2015


BAB
PEMBAHASAN
1.      FERTILISASI
Fertilisasi adalah suatu peristiwa  penyatuan antara sel mani/sperma dengan  sel  telur  di  tuba  falopii.  Pada  saat  kopulasi  antara  pria    dan  wanita (sanggama/coitus), dengan  ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani yang berisi sel–sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita.  Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masa subur” wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu:
a.  Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b.  Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.
c.  Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Pertemuan/penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba falopii umumnya di daerah ampula/infundibulum. Perkembangan teknologi kini memungkinkan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak) dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai pembuahan in vitro (in vitro  fertilization–IVF)  dalam istilah awam” bayi tabung”.

Proses Fertilisasi
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi myometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 µm, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60–100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat–zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata, trypsine–like agent dan lysine–zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi:
a.  Reaksi zona/rekasi kortikal pada selaput zona pelusida.
b. oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita.
c.  Inti sperma terlepas dan bergengsi.
d. Pronukleus pria dan wanita masing-masing haploid, bersatu dan membentuk zygot yang memiliki DNA gelap/diploid.

Hasil utama fertilisasi:
a. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.
b. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.
c. Permulaan pembelahan dan stadium–stadium pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis)

2.      NIDASI/IMPLANTASI
Nidasi/implantasi adalah peristiwa tertanamnya sel telur yang telah dibuahi ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer dan disebut morula. Pada hari ke-4, di dalam bola tersebut mulai membentuk rongga, bangunan ini disebut blastula. Dua struktur penting dalam blastula adalah lapisan luar yaitu trofoblas yang akan menjadi plasenta, dan embrioblas yang kelak menjadi janin.

Pada hari ke-4, blastula masuk ke dalam endometrium dan pada hari ke-6 menempel pada endometrium. Pada hari ke 10, seluruh blastula sudah tertanam dalam endometrium dan dengen demikian implantasi sudah selesai. Implantasi terjadi mungkin karena trofoblas mempunyai daya untuk menghancurkan sel-sel endometrium. Hancuran endometrium digunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat implantasi biasanya pada dinding depan dan dinding belakang di daerah fundus uteri.

Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili korion yang berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk kedalam daerah yang mengandung banyak pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah ibu.

Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang terdapat antara telur dan dinding rahim disebut desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau desidua yang terdapat antara telur dan kavum uteri adalah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus adalah desidua vera. Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung dengan baik yaitu:
a.  Leukemia inhibiting factor, suatu sitokin.
b.  Integrin, interaksi antar sel.
c. Transforming growth factor beta, stimulasi pembentukan sinsitium dan menghambat invasi trofobla

Proses Terjadinya Implantasi/Nidasi
Implantasi adalah proses bersarangnya blastosis dalam rahim, sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lendir rahim. Pada reptilia, unggas bertelur, implantasi berarti proses melekatnya blastosis pada kuning telur oleh karena embrio berkembang di luar tubuh induk. Pada waktu terjadi implantasi, blastosis berperan aktif. Dengan teknik sinematografi dapat diperlihatkan bahwa dari blastosis ada penjuluran kaki palsu menembus lapisan epitel rahim. Pada stadium progestasi, rahim mampu mengimplantasi sepotong jaringan otot/tumor.

Keadaan ini menunjukkan bahwa rahim juga aktif pada waktu implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan kesiapan endometrium merupakan faktor penting untuk kesempurnaan implantasi. keterlambatan perkembangan atau keterlambatan blastosis masuk ke dalam rahim atau endometrium belum siap menerima blastosis mengakibatkan kegagalan implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan keadaan rahim penting pada proses pelaksanaan transfer embrio.

Menjelang terjadi implantasi, zona pelusida lenyap dengan jalan lisis. Sebelum implantasi, cairan blastosul mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan ini berasal dari cairan rahim. Setelah terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di dalam serum induk. Tetapi kadar protein dan glukosa fosfor serta klori yang mula-mula rendah menjadi tinggi, sehingga mencapai kadar seperti di dalam serum induk. Menurunnya kadar bikarbonat mungkin akibat meningkatnya kadar ensim karbonik anhidrase di dalam endometrium rahim. Kadar ensim meningkat menyebabkan asam karbonat terurai menjadi CO2 dan O2 yang akan dikeluarkan melalui peredaran darah induk.

Pelepasan bikarbonat dari blatosis mempermudah tropoblas melekat pada selaput lendir rahim, dengan demikian memperlancar implantasi. Setelah zona pellusida lenyap, sel-sel tropoblas langsung berhadapan dengan epitel rahim dan sel-sel tersebut berproliferasi.
Pada saat itu blastosis berubah menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan dibagian tengah gelembung tersebut

Tipe-tipe Nidasi/Implantasi
Berdasarkan proses perlekatan antara trophoblast dan sel epitel endometrium induk, tipe-tipe nidasi/implantasi adalah sebagai berikut:
a.  Implantasi Invasi
Pada hewan dengan implantasi invasif, dinding rahim di daerah tempat terjadinya implantasi akan mengalami peningkatan vaskularisasi dan perubahan komposisi matriks interseluler, perubahan morfologi sel-sel stromanya serta peningkatan pertumbuhan kapiler-kapiler pembuluh darah. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi desidualisasi primer. Dalam 2-3 hari proses desidualisasi semakin meluas (reaksi desidualisasi sekunder) untuk mempersiapkan endometrium sebagai bagian dari plasenta. Beberapa jam setelah terjadi periekatan, permukaan epitel endometrium pada daerah periekatan mengalami erosi. Penjuluran trofoblas menyelinap diantara sel-sel epitel dan kemudian mencernanya. 

Beberapa sel-sel trofoblas menyatu membentuk hubungan (syncytiotrophoblast), sedangkan yang lain tetap mempertahankan keutuhan selnya (sytotrophoblast). Sel-sel sitotrofoblas bertindak sebagai sebagai sumber proliferasi sel-sel trofoblas, sebaliknya sel-sel sinsisiotrofoblas tidak dapat berproliferasi telapi ia hanya dihasilkan dari sel-sel sitotrofoblas yang menyatu. Jaringan kelenjar uterus dan jaringan desidua disekitar trofoblas embrio yang sedang implan mengalami kerusakan. Kerusakan ini menyebabkan dikeluarkannya bahan-bahan metabolit (Iemak, karbohidrat, asam nukleat dan protein) yang bertindak sebagai sumber nutrisi bagi embrio yang sedang implan tersebut. Contoh : Pada manusia, anjing, kucing, mamalia, rodentia.

b.  Implantasi Non-Invasi
Pada hewan dengan implantasi non invasif, nutrisi selama proses implantasi disediakan oleh sekresi kelenjar uterus (susu uterus). Dengan perlekatan yang terjadi lebih lambat dan pertambahan ukuran blastosis (dalam hal ini trofoblasnya) yang  relatif besar memungkinkan peningkatan luas permukaan untuk pertukaran metabolit dengan susu uterus terjadi. Luasnya permukaan trofoblas ini juga memungkinkan perlekatan yang lebih ekstensif dengan permukaan uterus selama proses implantasi. Contoh : pada babi, kuda, ruminansia.

Berdasarkan kedalaman proses implantasi dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.  Implantasi interstitial/profundal
Implantasi interstitial/profundal yaitu blastosis menembus lapisan epitel rahim dan berkembang di dalam endometrium. Implantasi profundal terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara invasif. Implantasi interstisial terjadi pada manusia, sipanse dan marmut dimana invasi embrio merusak jaringan stroma uterus sedemikian dalam kemudian embrio masuk kedalam stroma dan permukaan uterus akan menutup daerah bekas masuknya embrio.
b.  Implantasi  eksentrik
Implantasi eksentrik yaitu blastosis terletak di dalam suatu kripta atau lipatan selaput lendir rahim. Implantasi eksentrik terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara invasif. Pada implantasi eksentrik seperti pada monyet resus, anjing, kucing dan tikus, kerusakan stroma terjadi hanya sebagian dan embrio yang berkembang masih berhubungan dengan lumen uterus.
c.  Implantasi superfisialisentral
Implantasi superfisialisentral yaitu Implantasi superficial (sentral) yaitu blastosis ada di ruangan lumen rahim. Implantasi superfisial terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara non invasif. Pada implantasi superfisial seperti pada kuda, babi, sapi, domba dan kambing, perlekatan hanya terjadi pada permukaan uterus dan relatif tidak terjadi.

           3.    KONSEPSI
Konsepsi adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah fertilisasi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan pada seorang wanita. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutriisi dialirkan ke dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba.
e. Tempat yang paling luas.
f. Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.
g. Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba
h. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam
- Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.
- Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari “liproteinnya” sehingga mampu mengadakan fertilisasi.
- Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba.
- Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia interna.
- Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik hialuronidase.
- Melalui “stomata” spermatozoa memasuki ovum.
- Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum ekornya lepas dan tertinggal di luar.
- Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot.

Perkembangan hasil konsepsi
Kehamilan normal berlangsung sekitar 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT). Tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir, sehingga umur janin pasca konsepsi ada selisih kira-kira dua minggu yaitu 226 hari atau 38 minggu. Usia pasca konsepsi yang akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri, dan plasenta sebagai akar yang akan memberikan njutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting, yaitu:
a. Tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan.
b. Embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat rancangan bentuk alat-alat tubuh.
c. Janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu.

Secara rinci pertumbuhan dan perkembangan janin hasil konsepsi adalah sebagai berikut:
1.  Minggu 0: sperma membuahi ovum yang kemudian masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke-11.
2. Minggu ke-2: pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang tuba falopi menuju rahim.
3. Minggu ke-3: sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
4. Minggu ke-4 atau bulan ke-1: kepala 1/3 mudigah, saluran jantung terbentuk dan sudah berdenyut, permukaan kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang janin 7,5-10 mm.
5.  Minggu ke-5: terbentuk lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
6. Minggu ke-6: ukuran embrio 2-4 mm, tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup, jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini, sistem pencernaan dan pernafasan mulai terbentuk, lengan kaki mulai tampak.
7. Minggu ke-7: panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gr dan puncak lengan sudah membelah.
8. Minggu ke-8 atau bulan ke-2: muka berbentuk muka manusia, mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, kelamin mulai tampak. Panjang janin 2,5 cm dan berat janin 5 gram.
9. Minggu ke-9: telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang, jari kaki dan tangan mulai tampak. Panjangnya 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gr.
10. Minggu ke-10: semua organ penting telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, panjangnya 32-43 mm dan beratnya 7 gr.
11. Minggu ke-11: panjang tubuhnya 6,5 cm. Rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
l2. Minggu ke-12 atau bulan ke-3: sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal, dan janin mulai bergerak. Panjang janin 9 cm, dan berat badan janin 15 gram.
13. Minggu ke 13: Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi. Panjang janin 76 mm dan beratnya 19 gr.
14. Minggu ke-14: panjang janin 80-110 mm dan beratnya 25 gr. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul, detak jantung bayi mulai menguat, kulit bayi belum tebal.
15. Minggu ke-15: tulang dan sumsum tulang terus berkembang. Kulit bayi masih tipis, berat janin 49 gr dan panjangnya 113 mm. Bayi sudah menggenggam tangan dan mengisap ibu jari.
16. Minggu ke-16 atau bulan ke-4: sistem musculoskeletal sudah matang, tangan janin dapat menggenggam, gerak mungkin dirasakan ibu, semua organ mulai matang dan tumbuh.
17. Minggu ke-17: panjang janin 12 cm dan beratnya 100 gr. Lapisan lemak coklat mulai berkembang, rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk.
18. Minggu ke-18: mata bayi sudah berkembang, panjangnya 14 cm dan beratnya 140 gr. Hormone estrogen dan progesteren semakin meningkat.
19. Minggu ke-19: otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik. Berat janin 226 gr dan panjangnya 16 cm.
20.  Minggu ke-20 atau bulan ke-5: bunyi jantung terdengar, verniks melindungi tubuh. Alis, bulu mata dan rambut mulai tumbuh, janin mengembangkan jadwal yang teratur untuk tidur, menelan dan menendang. Panjang janin 25 cm, dan berat janin 280 gram.
21. Minggu ke 21: usus bayi telah cukup berkembang, gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gr dan panjangnya 20 cm.
22. Minggu ke-22 : indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional.
23.  Minggu ke-23: kulit janin masih kendur sehingga tampak keriput, biasa menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, tangan, kaki, jari bayi telah terbentuk sempurna.
24.  Minggu ke-24 atau bulan ke-6: kulit keriput dan jelas, kepala besar, kerangka berkembang dengan cepat. Panjang janin 30-32 cm, dan berat badan janin 600 gram.
25.  Minggu ke-25: tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi semakin kuat. Saluran darah di paru-paru bayi sudah semakin berkembang. Berat janin sudah mencapai 650-670 gr, dengan panjangnya 34-37 cm.
26.  Minggu ke-26: bayi sudah bisa mengedipkan matanya, retina matanya sudah mulai terbentuk. Berat bayi sudah mencapai 750-780 gr, sedangkan panjangnya 35-38 cm.
27.  Minggu ke-27: paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan, indera perasa mulai terbentuk, bayi sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban, berat bayi sekitar 870-890 gr dengan tinggi badan 36-38 cm.
28. Minggu ke-28 atau bulan ke-27: janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactan terbentuk di dalam paru-paru. Bila lahir dapat bernafas, menangis pelan dan lemah, bayi imatur. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir, dan berat badan janin 1000 gram.
29. Minggu ke-29: sensitifitas bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Berat badannya mencapai 1100-1200 gr, dengan tinggi badan 37-39 cm.
30.  Minggu ke-30: bayi sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan janin 1510-1550 gr, dengan tinggi 39-40 cm.
31.  Minggu ke-31: tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan memadat. Perkembangan otak berkembang dengan sangat pesat. Berat badan bayi 1550-1560 gr, dengan tinggi 41-43 cm.
32.  Minggu ke-32 atau  ulan ke-8: simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Bayi tumbuh 38-43 cm. bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi untuk hidup, bayi prematur. Berat badan janin 1800 gram.
33.  Minggu ke-33: otak bayi semakin berkembang pesat, tulang-tulang bayi sudah mulai mengeras, berat badan janin sekitar 1800-1900 gr, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm.
34.  Minggu ke-34: bayi sudah dapat membuka dan menutup mata, berat badan bayi 2000-2010 gr, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
35.  Minggu ke-35: pendengaran bayi sudah berfungsi sempurna, lemak sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, berat badan bayi 2300-2350 gr, dengan tinggi badan 45-47 cm.
36.  Minggu ke-36: kulit bayi semakin halus, lapisan lemak mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi, ginjal bayi sudah bekerja dengan baik, berat badan bayi 2400-2450 gr, dengan tinggi badan 47-48 cm.
37.  Minggu ke-37: bentuk bayi semakin membulat, rambutnya tumbuh dengan lebat, kuku terbentuk dengan sempurna, berat badan bayi sekitar 2700-2800 gr, dengan tinggi 48-49 cm.
38.  Minggu ke-38 atau bulan ke-9: seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi bekerja sendiri. Berat badan janin 2840-3000 gram.

4.      ANATOMI PANGGUL
Fungsi utama tulang panggul adalah memungkinkan gerakan tubuh, terutama memungkinkan gerakan tubuh, terutama berjalan dan berlari. Pada wanita disesuaikan untuk melahirkan dank arena memiliki pintu atas panggul yang lebih lebar dan bulat, wanita menjadi kurang cepat dibandingkan pria.

Panggul wanita terdiri dari:
a. Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang:
1.      2  tulang pangkal paha (ossa coxae)
Tulang pangkal paha sebenarnya terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain pada acetabulum, ialah cawan untuk kepala tulang paha (caput femoris). Tulang pangkal paha terdiri dari:
a.       Tulang usus (os illium)
Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang dari panggul. Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal, yang disebut crista. Ujung depan maupun belakang dari crista iliaca menonjol yang disebut spina iliaca anterior superior (tonjolan atas depan) dan spina iliaca posterior superior (tonjolan atas belakang), sedikit di bawah spina spina iliaca anterior superior terdapat tonjolan tulang lagi ialah spina iliaca anterior inferior sedangkan sebelah bawah spina iliaca posterior superior terdapat spina iliaca posterior inferior. Di bawah spina iliaca posterior inferior terdapat tekik atau cengkungan yang disebut incisura iskhiadika major. Pada os olium terdapat lajur ialah linea inominata (linea terminalis) merupakan batas antara panggul besar dan kecil.
b.      Tulang duduk (os ischium)
Terdapat disebelah bawah tulang usus. Pinggir belakang berduri disebut spina ischiadica. Di bawah spina ischiadica terdapat insisura ischiadica minor, pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, bagian inilah yang mendukung berat badan kalau kita duduk disebut tuber ischiadikum.
c.       Tulang kemaluan (os pubis)
Terdapat sebelah bawah dan depan dari tulang usus. Tulang ini membentuk bagian anterior. Dengan tulang duduk, tulang ini membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul yang dinamakan foramen obturatorium. Tungkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus disebut ramus superior ossis pubis. Sedangkan yang berhubungan dengan tulang duduk disebut  ramus inferior ossis pubis. Ramus inferior kiri dan kanan membentuk arcus pubis.
d.      Perhubungan tulang pangkal paha
Tulang pangkal paha berhubungan dengan tulang kelangkang dengan perantaraan persediaan articulatio sacroiliaca dan berhubungan juga dengan jaringan pengikat yang dari tulang kelangkang pergi ke tulang usus maupun tulang duduk.

Dari permukaan belakang tulang kelangkang ke tulang usus disebut lig. sacro iliaca posterior. Dari permukaan depan tulang kelangkang ke tulang usus disebut lig. sacro iliaca anterior, lig. sacro lumbalis, lig. sacro iliaca interossea. Dari tulang kelangkang ke spina ischiadica ialah lig. sacro spinosum. Dari tulang kelangkang ke tuber ischiadica adalah lig. sacro tuberosum. Tulang pangkal paha kiri dan kanan dihubungkan symphysis pubis.
2.      1 tulang kelangkang (os sacrum)
Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar ke atas dan meruncing ke bawah. Tulang kelangkang terletak sebelah belakang antara kedua pangkal paha. Tulang ini terdiri dari lima ruas tulang yang senyawa. Kiri dan kanan dari garis tengah tampak lima buah lubang yang disebut foramina sacralia anterior. Lubang ini dilalui urat-urat saraf yang akan membentuk plexus sacralis dan pembuluh darah kecil. Plexus sacralia ini melayani tungkai, oleh karena itu kadang-kadang penderita mersa nyeri atau kejang di kaki, kalau plexus sacralia ini tertekan waktu kepala turun ke dalam rongga panggul. Permukaan belakang tulang kelangkang gembung dan kasar.

Crista sacralis adalah deetan cuat-cuat duri yang terdapat di garis tengah tulang kelangkang. Ke atas tulang kelangkang berhubungan dengan ruas ke-5 tulang pinggang. Promontorium merupakan tonjolan-tonjolan ke depan dari ruas ke-5 tulang pinggang. Ke samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha dengan perantaraan articulation sacro iliaca dan ke bawah dengan tulang panggung.

3.      1 tulang tungging (os coccygis)
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas yang bersatu. Dalam persalinan, tulang ini dapat bergeser ke belakang sehingga dapat memperluas jalan lahir dan memperlancar proses persalinan karena mempermudah lewatnya kepala janin saat proses melahirkan.

bb. Bagian lunak panggul
Bagian lunak dari panggul terdiri dari otot-otot dan ligament yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul yang disebut dengan diafragma pelvis.
Diafragma pelvis dari dalam keluar terdiri dari:
a.       Pars muscularis yaitu m. levator ani
Muscularis levator ani: yang agak ke belakang letaknya dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rectum. M. levator ani kiri kanan sebetulnya terdiri dari 3 bagian.
Dari depan ke belakang dapat dikenal:
1.      Musc. pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeum
2.      Musc. ilio coccygeus dari arcus tendineus m. levator ani ke os coccygis dan septum anococcy geum
3.      Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan os coccygis
b.   Antara m. pubo coccygeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalia yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenital sekat ini menutupi pintu bawah panggul di sebelah depan dan pada wanita sekat ini ditembus oleh uretra dan vagina. Diafragma pelvis ini menahan genitalia interna pada tempatnya. Kalau otot-otot rusak atau lemah misalnya karena persalinan yang sering dan berturut-turut, mungkin genitalia interna turun (prolaps).
c.   Daerah perineum
Daerah perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul. Daerah ini terdidi dari:
1.      Regio analis di sebelah belakang: disini terdapat m. spinchter ani externus yang mengelilingi anus.
2.      Regio uregenitalis: disini terdapat m. bulbo cavernosus yang mengelilingi vulva, m. ischio cavernosus, m. transversus perinea superficialis.

cc.  Panggul kecil
Untuk lebih mengerti bentuk dari panggul kecil dan untuk menentukan tempat bagian depan anak dalam panggul , maka panggul kecil terdiri dari:
4    1. Pintu Atas Panggul (PAP)
Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil. Bentuknya adalah bulat oval. Batas-batasnya adalah promontorium, sayap sacrum, linea innominata, ramus superior ossis pubis, dan pinggir atas symphysis.
Biasanya 3 ukuran ditentukan dari p.a.p:
a.       Ukuran muka belakang (diameter antero posterior, conjugata vera)
Dari promontorium ke pinggir atas symphysis, terkenal dengan nama conjugata vera, ukurannya 11 cm. conjugate vera bukanlah ukuran yang terpendek anta promontorium dan symphysis. Ukuran yang terpendek adalah conjugata obstetrica, dari promontorium ke symphysis beberapa mm, di bawah pinggir atas symphysis.
b.      Ukuran melintang (diameter transversa)
Ukuran melintang adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus pada conjugata vera, sekitar 12,5 cm untuk Indonesia dan 13,5 untuk eropa.
c.       Ukuran serong (diameter oblique)
Dari articulation sacro iliaca ke tuberculum pubicum dari belahan panggul yang bertentangan (13 cm).

5    2. Pintu Bawah Panggul (PBP)
Pintu panggul bawah bukan satu bidang, tetapi terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri dan kanan. Segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis.
Pada pintu bawah panggul biasanya ditentukan 3 ukuran:
a.       Ukuran muka belakang: dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5 cm).
b.      Ukuran melintang: ialah ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah dalam (10,5 cm).
c.       Diameter sugistalis posterior: dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5 cm).

6    3. Ruang Panggul (Pelvic Cavity)
Ruang panggul terdiri dari:
a.       Bidang luas panggul
Bidang luas panggul adalah bidang dengan ukuran-ukuran yang terbesar. Bidang ini terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm. Karena tidak ada ukuran yang kecil, bidang ini tak menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
b.   Bidang sempit panggul (bidang tengah panggul
Bidang sempit panggul adalah ukuran yang terkecil. Bidang ini terdapat setinggi pinggir bawah symphysis, kedua spinae ischiadicae dan memotong sacrum ± 1-2 cm, di atas ujung sacrum. Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm, dan diameter segittalis posterior ialah dari sacrum ke pertengahan antara spinae ischiadicae 5 cm. bidang ini paling sulit penilaiannya dalam ilmu kebidanan, karena ukuran-ukurannya paling kecil, dan juga sulit untuk mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidang sempit panggul.

Ukuran-ukuran panggul
Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Untuk meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa maka pengukuran panggul diperlukan. Ukuran-ukuran panggul dapat diperoleh secara klinis atau secara rontgenologis.

Bentuk panggul
Selain dari ukuran panggul, bentuk panggul juga menentukan ramalan persalinan. Caldwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk dasar panggul. Pembagian tersebut berdasarkan bentuk segmen posterior dan anterior dari p.a.p. segmen posterior adalah bagian yang terdapat sebelah belakang dari diameter transversa p.a.p., sedangkan segmen anterior bagian yang terdapat sebelah depan dari garis tersebut. 4 bentuk dasar tersebut adalah:
No.
Bentuk Panggul
Sifat
1.
Ginekoid
-     Posterior sagita diameter hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagita anterior
-     Posterior segment: bulan dan lebar
-     Bentuk PAP oval atau bulat
-     Dinding sampingnya hampir sejajar
-     Spina iskladika tidak menonjol, sekitar 10 cm
-     Arkus pubis lebar
-     Sudut inklinasi sacrum ke depan atau ke belakang
-     Sakrosiastik membulat dan tidak sempit

-      Dalam batas normal tidak dijumpai sefalopelvik disprofosi
-      Adaptasi kepala dengan jalan lahir baik
-      Dengan berat janin kurang dari 3.500 gr persalinan lancar
2.
Android
-     Diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari diameter sagitalis anterior
-     Segmen posterior mendekati bentuk segmen anterior, dan tertahan pada sudutnya
-     Pelvis depan sempit dan membentuk segitiga
-     Dinding sampingnya menyempit
-     Spina iskladika menonjol
-     Arkus pubis sempit
-     Os sacrum agak kedepan, lurus tanpa lengkungan
-     Diameter sagitalis posterior pendek pada pintu masuknya dibandingkan dengan pintu keluar karena os sarkum mempunyai inklinasi

-      Bentuk ini tidak baik untuk persalinan per vagina
-      Sering terjadi kegagalan putra paksi dalam
-      Trauma persalinan untuk ibu dan bayinya besar
-      Tidak akan tercapai tujuan well born baby dan well health mother
-      Rekomendasi persalinan sebaiknya seksio sesasera
3.
Anthropoid
-     Diameter anterior-posterior lebih besar dari diameter transversalis PAP
-     Bentuk pelvis oval anteroposterior
-     Segmen depannya sempit dan menyudut
-     Tonjolan sakrociatik besar dan dinding sampingnya konvergen
-     Os sacrum menjadi enam, lurus sehingga menjadi lebih dalam dari lainnya
-     Spina iskladika menonjol
-     Arkus pubis sempit, tetapi lebarnya cukup

-       Bentuk panggul sempit kanan dan kiri, tetapi dalam artinya jarak antara depan ke belakang
-       Dengan spina menonjol dan os sacrum lurus, akan dijumpai kesempitan ruang panggul tengah
-       Mungkin sejak semula sudah dijumpai kesempitan PAP
-       Persalinan pervagina, sulit dilakukan
4.
Platipelol
-     Diameter anteroposterior pendek dan diameter transversalis panjang
-     Sudut pelvis anterior lebar
-     Puboiliaka os iliopektineal melengkung sangat baik
-     Os sacrum melengkung dan memutar ke belakang
-     Sacrum menjadi pendek dan pelvis menjadi dangkal, menyebabkan sakrosiatika lebih lebar
-     Jumlahnya hanya 2-3% pada perempuan

-       Merupakan bentuk pelvis ginekoid yang mendatar
-       Kesempitan sudah tampak pada PAP, sehingga tindakan untuk menyelesaikan persalinan dengan seksio sesarea

Walaupun keuntungan pemeriksaan panggul dengan sinar tembus banyak, kita harus mempergunakannya dengan cermat, karena kita harus ingat bahwa sinar X dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada pertumbuhan anak dan pada kelenjar benih ibu maupun anak.
Hubungan jalan lahir dan kepala janin
Ukuran yang paling penting adalah diagonal obstetrika, tetapi tidak dapat diukur langsung. Apa yang dapat dicari saat melakukan pemeriksaan dalam:
-     Diameter konjugata, tepi bawah simfisis sampai promontorium-diukur
-     Diameter konjugata vera = diameter konjugata dikurangi 1½ cm
-     Pergerakan os koksigis pada persendian sakrokoksigus
-     Lengkungan os sacrum, telusuri dari bawah ke atas sampai mencapai promontorium
-     Dinding lateral jalan lahir







-      Ukuran normal diameter konjugata 11,5 cm
-       Konjugata obstetrika dengan demikian dapat diperkirakan



Penurunan kepala janin
Yang dimaksud dengan kepala engaged (masuk) PAP adalah jika bidang biparietalnya sudah berada di bawah bidang H1 (pintu atas panggul).
Untuk menetapkan bahwa kepala janin telah masuk PAP, dapat dilakukan pemeriksaan dalam:
-       Bagian terendah harus mencapai spina iskiadika, karena jaraknya dengan PAP sekitar 5 cm
-       Jarak bidang biparletal ujung kepala janin adalah 3-4 cm
Kepala yang belum masuk PAP dapat dibuktikan sengan palpasi menurut Leppoid IV. Jari di bawah kepala janin masih dapat ditarik kea rah proksimal kea rah abdomen.
Fiksasi kepala janin:
Sebagian besar kepala telah masuk di bawah PAP sehingga tidak mungkin berubah lagi. Pemeriksaan Leopoid IV jari tidak dapat bertemu dan divergen pada kepala.





-      Pada primi kepala janin masuk PAP pada minggu ke-36
-      Bukti bahwa tidak dijumpai kesempitan ukuran panggul minimal ukuran PAP
-      Pada pemeriksaan harus teraba ujung bawah kepala setinggi H3







-       Mungkin kepala telah terfiksir sekalipun belum masuk PAP, karena terjadi molase/kesempitan PAP


DAFTAR PUSTAKA

1980. Anatomi Panggul. Obsentri fisiologi. Bandung: Bagian Obsentri dan Ginekologi FK Universitas Padjajaran, 7-35.
PUTZR dan PABST. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobotta jilid II. Jakarta: EGC, 263.
Wiknyosastro Hanifa. 1997. Alat Kandungan, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, Sarwini Prawirohardjo, 31-45.
Wilcox AJ, Baird DD, Weinberg CR (1999). Time of implantation of the Conceptus and loss of pregnancy. New England Journal of Medicine 340 (23): 1796–1799.
Jones, Derek Llowllyn. 1998. Conception and placental development Fundamentalis ob Onstetrics and Gymacology, 6th edition, Mosby, 17-25.
http://frakturhepar.blogspot.com/                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar