RESUME
PROSES KONSEPSI dan ANATOMI PANGGUL
PROSES KONSEPSI dan ANATOMI PANGGUL

Disusun
Oleh:
Zulia Jayanty ( 14140081 )
Kelas : B. 11. 2
Zulia Jayanty ( 14140081 )
Kelas : B. 11. 2
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2014/2015
BAB
PEMBAHASAN
1.
FERTILISASI
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel
mani/sperma dengan sel telur di tuba
falopii. Pada saat kopulasi antara
pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan
cairan mani yang berisi sel–sel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masa
subur” wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita
akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu:
a. Ovulasi terjadi
14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b. Sperma dapat
hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.
c. Ovum dapat
hidup 24 jam setelah ovulasi
Pertemuan/penyatuan
sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau
fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba
falopii umumnya di daerah ampula/infundibulum. Perkembangan teknologi kini
memungkinkan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak)
dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar
tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke
dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai pembuahan
in vitro (in vitro fertilization–IVF) dalam istilah awam” bayi tabung”.
Proses
Fertilisasi
Spermatozoa
bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini
mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi myometrium dan dinding tuba yang
juga terjadi saat sanggama. Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh
fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum
yang dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10
µm, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan
mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum
siap dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60–100 juta sperma yang diejakulasikan ke
dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks
di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat
melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat
bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini
disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah
sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan
terpengaruh oleh zat–zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari
daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata.
Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata,
trypsine–like agent dan lysine–zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma
melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki
kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang
tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat
melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida,
terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu
terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah
terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang
sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
Pada saat
sperma mencapai oosit, terjadi:
a. Reaksi zona/rekasi kortikal pada selaput zona
pelusida.
b. oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya,
menghasilkan oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita.
c. Inti sperma terlepas dan bergengsi.
d. Pronukleus pria dan wanita masing-masing
haploid, bersatu dan membentuk zygot yang memiliki DNA gelap/diploid.
Hasil utama fertilisasi:
a. Penggenapan
kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan dari
ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.
b. Penentuan jenis
kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung
sperma yang membuahi ovum tersebut.
c. Permulaan
pembelahan dan stadium–stadium pembentukan dan perkembangan embrio
(embriogenesis)
2.
NIDASI/IMPLANTASI
Nidasi/implantasi adalah peristiwa tertanamnya sel telur yang telah
dibuahi ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi akan segera membelah
diri membentuk bola padat terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil yang
disebut blastomer. Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer
dan disebut morula. Pada hari ke-4, di dalam bola tersebut mulai membentuk
rongga, bangunan ini disebut blastula. Dua struktur penting dalam blastula
adalah lapisan luar yaitu trofoblas yang akan menjadi plasenta, dan embrioblas
yang kelak menjadi janin.
Pada hari ke-4, blastula masuk ke dalam endometrium dan pada hari
ke-6 menempel pada endometrium. Pada hari ke 10, seluruh blastula sudah
tertanam dalam endometrium dan dengen demikian implantasi sudah selesai. Implantasi
terjadi mungkin karena trofoblas mempunyai daya untuk menghancurkan sel-sel
endometrium. Hancuran endometrium digunakan sebagai bahan makanan oleh telur.
Tempat implantasi biasanya pada dinding depan dan dinding belakang di daerah
fundus uteri.
Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami
perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan ringan pada
saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili korion yang berbentuk
seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk kedalam daerah yang
mengandung banyak pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran
darah ibu serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah ibu.
Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang
terdapat antara telur dan dinding rahim disebut desidua basalis. Bagian yang
menutup blastosis atau desidua yang terdapat antara telur dan kavum uteri
adalah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus adalah desidua
vera. Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung
dengan baik yaitu:
a. Leukemia
inhibiting factor, suatu sitokin.
b. Integrin,
interaksi antar sel.
c. Transforming
growth factor beta, stimulasi pembentukan sinsitium dan menghambat invasi
trofobla
Proses
Terjadinya Implantasi/Nidasi
Implantasi adalah proses bersarangnya blastosis dalam rahim,
sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lendir
rahim. Pada reptilia, unggas bertelur, implantasi berarti proses melekatnya
blastosis pada kuning telur oleh karena embrio berkembang di luar tubuh induk.
Pada waktu terjadi implantasi, blastosis berperan aktif. Dengan teknik
sinematografi dapat diperlihatkan bahwa dari blastosis ada penjuluran kaki
palsu menembus lapisan epitel rahim. Pada stadium progestasi, rahim mampu
mengimplantasi sepotong jaringan otot/tumor.
Keadaan ini menunjukkan bahwa rahim juga aktif pada waktu
implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan kesiapan endometrium merupakan
faktor penting untuk kesempurnaan implantasi. keterlambatan perkembangan atau
keterlambatan blastosis masuk ke dalam rahim atau endometrium belum siap menerima
blastosis mengakibatkan kegagalan implantasi. Sinkronisasi antara blastosis dan
keadaan rahim penting pada proses pelaksanaan transfer embrio.
Menjelang terjadi implantasi, zona pelusida lenyap dengan jalan lisis. Sebelum implantasi, cairan blastosul mengandung banyak ion kalium dan bikarbonat. Bahan ini berasal dari cairan rahim. Setelah terjadi implantasi, jumlah kalium dan bikarbonat berkurang, sehingga sama dengan kadar yang terdapat di dalam serum induk. Tetapi kadar protein dan glukosa fosfor serta klori yang mula-mula rendah menjadi tinggi, sehingga mencapai kadar seperti di dalam serum induk. Menurunnya kadar bikarbonat mungkin akibat meningkatnya kadar ensim karbonik anhidrase di dalam endometrium rahim. Kadar ensim meningkat menyebabkan asam karbonat terurai menjadi CO2 dan O2 yang akan dikeluarkan melalui peredaran darah induk.
Pelepasan bikarbonat dari blatosis mempermudah tropoblas melekat
pada selaput lendir rahim, dengan demikian memperlancar implantasi. Setelah
zona pellusida lenyap, sel-sel tropoblas langsung berhadapan dengan epitel
rahim dan sel-sel tersebut berproliferasi.
Pada saat itu blastosis berubah menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan dibagian tengah gelembung tersebut
Pada saat itu blastosis berubah menjadi semacam gelembung, panjangnya bisa lebih dari beberapa sentimeter dan cakram embrio berupa suatu penebalan dibagian tengah gelembung tersebut
Tipe-tipe
Nidasi/Implantasi
Berdasarkan
proses perlekatan antara trophoblast dan sel epitel endometrium induk,
tipe-tipe nidasi/implantasi adalah sebagai berikut:
a. Implantasi Invasi
Pada hewan dengan
implantasi invasif, dinding rahim di daerah tempat terjadinya implantasi akan
mengalami peningkatan vaskularisasi dan perubahan komposisi matriks
interseluler, perubahan morfologi sel-sel stromanya serta peningkatan
pertumbuhan kapiler-kapiler pembuluh darah. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi
desidualisasi primer. Dalam 2-3 hari proses
desidualisasi semakin meluas (reaksi desidualisasi sekunder) untuk
mempersiapkan endometrium sebagai bagian dari plasenta. Beberapa jam setelah terjadi periekatan, permukaan epitel
endometrium pada daerah periekatan mengalami erosi. Penjuluran trofoblas
menyelinap diantara sel-sel epitel dan kemudian mencernanya.
Beberapa sel-sel
trofoblas menyatu membentuk hubungan (syncytiotrophoblast), sedangkan yang lain
tetap mempertahankan keutuhan selnya (sytotrophoblast). Sel-sel sitotrofoblas
bertindak sebagai sebagai sumber proliferasi sel-sel trofoblas, sebaliknya sel-sel
sinsisiotrofoblas tidak dapat berproliferasi telapi ia hanya dihasilkan dari
sel-sel sitotrofoblas yang menyatu. Jaringan kelenjar uterus dan jaringan
desidua disekitar trofoblas embrio yang sedang implan mengalami kerusakan.
Kerusakan ini menyebabkan dikeluarkannya bahan-bahan metabolit (Iemak,
karbohidrat, asam nukleat dan protein) yang bertindak sebagai sumber nutrisi
bagi embrio yang sedang implan tersebut. Contoh : Pada manusia,
anjing, kucing, mamalia, rodentia.
b. Implantasi Non-Invasi
Pada hewan dengan implantasi non invasif, nutrisi selama
proses implantasi disediakan oleh sekresi kelenjar uterus (susu uterus). Dengan
perlekatan yang terjadi lebih lambat dan pertambahan ukuran blastosis (dalam
hal ini trofoblasnya) yang relatif besar memungkinkan peningkatan luas
permukaan untuk pertukaran metabolit dengan susu uterus terjadi. Luasnya
permukaan trofoblas ini juga memungkinkan perlekatan yang lebih ekstensif
dengan permukaan uterus selama proses implantasi. Contoh : pada babi, kuda, ruminansia.
Berdasarkan
kedalaman proses implantasi dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Implantasi interstitial/profundal
Implantasi
interstitial/profundal yaitu blastosis menembus lapisan epitel
rahim dan berkembang di dalam endometrium. Implantasi profundal terjadi pada hewan-hewan dengan
proses implantasi secara invasif.
Implantasi interstisial terjadi pada manusia, sipanse dan marmut dimana invasi
embrio merusak jaringan stroma uterus sedemikian dalam kemudian embrio masuk
kedalam stroma dan permukaan uterus akan menutup daerah bekas masuknya embrio.
b. Implantasi
eksentrik
Implantasi
eksentrik yaitu blastosis terletak di dalam suatu kripta atau lipatan selaput
lendir rahim. Implantasi
eksentrik terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara invasif. Pada implantasi eksentrik seperti pada monyet resus,
anjing, kucing dan tikus, kerusakan stroma terjadi hanya sebagian dan embrio
yang berkembang masih berhubungan dengan lumen uterus.
c. Implantasi superfisialisentral
Implantasi
superfisialisentral yaitu Implantasi superficial (sentral) yaitu blastosis ada
di ruangan lumen rahim. Implantasi
superfisial terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi secara non invasif. Pada implantasi superfisial seperti
pada kuda, babi, sapi, domba dan kambing, perlekatan hanya terjadi pada
permukaan uterus dan relatif tidak terjadi.
3. KONSEPSI
Konsepsi adalah
hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah
fertilisasi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan
pada seorang wanita. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi,
diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase
di tengah sitoplasma yang disebut vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang
pada zona pelusida. Nutriisi dialirkan ke dalam vitellus, melalui saluran pada
zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba.
e. Tempat yang paling luas.
f. Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang
mempunyai silia.
g. Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba
h. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup
selama 48 jam
- Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis
servikalis dengan kekuatan sendiri.
- Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi,
yaitu pelepasan sebagian dari “liproteinnya” sehingga mampu mengadakan
fertilisasi.
- Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba.
- Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam
genitalia interna.
- Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah
siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses
enzimatik hialuronidase.
- Melalui “stomata” spermatozoa memasuki ovum.
- Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum
ekornya lepas dan tertinggal di luar.
- Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu
dan membentuk zigot.
Perkembangan hasil konsepsi
Kehamilan normal berlangsung sekitar 9 bulan kalender atau 40
minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir (HPMT). Tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah
hari pertama menstruasi terakhir, sehingga umur janin pasca konsepsi ada
selisih kira-kira dua minggu yaitu 226 hari atau 38 minggu. Usia pasca konsepsi
yang akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin.
Pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu,
keadaan janin itu sendiri, dan plasenta sebagai akar yang akan memberikan
njutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang-kurangnya
dari saat ovulasi. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap
penting, yaitu:
a. Tingkat
ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk
dalam pertumbuhan.
b. Embrio
(mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat rancangan bentuk alat-alat
tubuh.
c. Janin
(fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu.
Secara rinci pertumbuhan dan perkembangan janin hasil konsepsi
adalah sebagai berikut:
1. Minggu
0: sperma membuahi ovum yang kemudian masuk ke dalam uterus menempel sekitar
hari ke-11.
2. Minggu
ke-2: pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi
membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak
di dalam lubang tuba falopi menuju rahim.
3. Minggu
ke-3: sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding
rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
4. Minggu
ke-4 atau bulan ke-1: kepala 1/3 mudigah, saluran jantung terbentuk dan sudah
berdenyut, permukaan kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang janin 7,5-10
mm.
5. Minggu
ke-5: terbentuk lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
6. Minggu
ke-6: ukuran embrio 2-4 mm, tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup,
jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini, sistem pencernaan dan pernafasan
mulai terbentuk, lengan kaki mulai tampak.
7. Minggu
ke-7: panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gr dan puncak lengan sudah
membelah.
8. Minggu
ke-8 atau bulan ke-2: muka berbentuk muka manusia, mempunyai lengan dan tungkai
dengan jari tangan dan kaki, kelamin mulai tampak. Panjang janin 2,5 cm dan
berat janin 5 gram.
9. Minggu
ke-9: telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang,
jari kaki dan tangan mulai tampak. Panjangnya 22-30 mm dan beratnya sekitar 4
gr.
10. Minggu
ke-10: semua organ penting telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak
meningkat dengan cepat, panjangnya 32-43 mm dan beratnya 7 gr.
11. Minggu
ke-11: panjang tubuhnya 6,5 cm. Rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai
tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
l2. Minggu
ke-12 atau bulan ke-3: sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal, dan janin mulai
bergerak. Panjang janin 9 cm, dan berat badan janin 15 gram.
13. Minggu
ke 13: Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan
sampah bayi. Panjang janin 76 mm dan beratnya 19 gr.
14. Minggu
ke-14: panjang janin 80-110 mm dan beratnya 25 gr. Kelenjar prostat bayi
laki-laki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul, detak
jantung bayi mulai menguat, kulit bayi belum tebal.
15. Minggu
ke-15: tulang dan sumsum tulang terus berkembang. Kulit bayi masih tipis, berat
janin 49 gr dan panjangnya 113 mm. Bayi sudah menggenggam tangan dan mengisap
ibu jari.
16. Minggu
ke-16 atau bulan ke-4: sistem musculoskeletal sudah matang, tangan janin dapat
menggenggam, gerak mungkin dirasakan ibu, semua organ mulai matang dan tumbuh.
17. Minggu
ke-17: panjang janin 12 cm dan beratnya 100 gr. Lapisan lemak coklat mulai
berkembang, rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada
ujung jari mulai terbentuk.
18. Minggu
ke-18: mata bayi sudah berkembang, panjangnya 14 cm dan beratnya 140 gr.
Hormone estrogen dan progesteren semakin meningkat.
19. Minggu
ke-19: otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik. Berat janin 226 gr dan
panjangnya 16 cm.
20.
Minggu
ke-20 atau bulan ke-5: bunyi jantung terdengar, verniks melindungi tubuh. Alis,
bulu mata dan rambut mulai tumbuh, janin mengembangkan jadwal yang teratur
untuk tidur, menelan dan menendang. Panjang janin 25 cm, dan berat janin 280
gram.
21. Minggu
ke 21: usus bayi telah cukup berkembang, gerakan bayi semakin pelan karena
beratnya sudah 340 gr dan panjangnya 20 cm.
22. Minggu
ke-22 : indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari.
Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional.
23.
Minggu
ke-23: kulit janin masih kendur sehingga tampak keriput, biasa menggerakkan
otot jari-jari tangan dan kaki, tangan, kaki, jari bayi telah terbentuk
sempurna.
24.
Minggu
ke-24 atau bulan ke-6: kulit keriput dan jelas, kepala besar, kerangka
berkembang dengan cepat. Panjang janin 30-32 cm, dan berat badan janin 600
gram.
25.
Minggu
ke-25: tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi semakin kuat. Saluran
darah di paru-paru bayi sudah semakin berkembang. Berat janin sudah mencapai
650-670 gr, dengan panjangnya 34-37 cm.
26.
Minggu
ke-26: bayi sudah bisa mengedipkan matanya, retina matanya sudah mulai
terbentuk. Berat bayi sudah mencapai 750-780 gr, sedangkan panjangnya 35-38 cm.
27.
Minggu
ke-27: paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan,
indera perasa mulai terbentuk, bayi sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan
air ketuban, berat bayi sekitar 870-890 gr dengan tinggi badan 36-38 cm.
28. Minggu
ke-28 atau bulan ke-27: janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu.
Surfactan terbentuk di dalam paru-paru. Bila lahir dapat bernafas, menangis
pelan dan lemah, bayi imatur. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3
ukuran pada saat lahir, dan berat badan janin 1000 gram.
29. Minggu
ke-29: sensitifitas bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi
perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Berat badannya mencapai 1100-1200 gr,
dengan tinggi badan 37-39 cm.
30.
Minggu
ke-30: bayi sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan janin 1510-1550 gr,
dengan tinggi 39-40 cm.
31.
Minggu
ke-31: tulang pada tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan memadat.
Perkembangan otak berkembang dengan sangat pesat. Berat badan bayi 1550-1560
gr, dengan tinggi 41-43 cm.
32.
Minggu
ke-32 atau ulan ke-8: simpanan lemak
coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir.
Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Bayi tumbuh 38-43 cm. bila bayi
dilahirkan, ada kemungkinan bayi untuk hidup, bayi prematur. Berat badan janin
1800 gram.
33.
Minggu
ke-33: otak bayi semakin berkembang pesat, tulang-tulang bayi sudah mulai
mengeras, berat badan janin sekitar 1800-1900 gr, dengan tinggi badan sekitar
43-45 cm.
34.
Minggu
ke-34: bayi sudah dapat membuka dan menutup mata, berat badan bayi 2000-2010
gr, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
35.
Minggu
ke-35: pendengaran bayi sudah berfungsi sempurna, lemak sudah mulai memadat
pada bagian kaki dan tangannya, berat badan bayi 2300-2350 gr, dengan tinggi
badan 45-47 cm.
36.
Minggu
ke-36: kulit bayi semakin halus, lapisan lemak mulai mengisi bagian lengan dan
betis dari bayi, ginjal bayi sudah bekerja dengan baik, berat badan bayi
2400-2450 gr, dengan tinggi badan 47-48 cm.
37.
Minggu
ke-37: bentuk bayi semakin membulat, rambutnya tumbuh dengan lebat, kuku
terbentuk dengan sempurna, berat badan bayi sekitar 2700-2800 gr, dengan tinggi
48-49 cm.
38.
Minggu
ke-38 atau bulan ke-9: seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa
bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini
memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi
bekerja sendiri. Berat badan janin 2840-3000 gram.
4.
ANATOMI PANGGUL
Fungsi utama tulang panggul adalah memungkinkan gerakan tubuh,
terutama memungkinkan gerakan tubuh, terutama berjalan dan berlari. Pada wanita
disesuaikan untuk melahirkan dank arena memiliki pintu atas panggul yang lebih
lebar dan bulat, wanita menjadi kurang cepat dibandingkan pria.
Panggul wanita terdiri dari:
a. Bagian
keras yang dibentuk oleh empat buah tulang:
1.
2 tulang pangkal paha (ossa coxae)
Tulang
pangkal paha sebenarnya terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama
lain pada acetabulum, ialah cawan untuk kepala tulang paha (caput femoris).
Tulang pangkal paha terdiri dari:
a.
Tulang
usus (os illium)
Merupakan
tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang dari
panggul. Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal, yang disebut crista.
Ujung depan maupun belakang dari crista iliaca menonjol yang disebut spina
iliaca anterior superior (tonjolan atas depan) dan spina iliaca
posterior superior (tonjolan atas belakang), sedikit di bawah spina spina
iliaca anterior superior terdapat tonjolan tulang lagi ialah spina iliaca
anterior inferior sedangkan sebelah bawah spina iliaca posterior superior
terdapat spina iliaca posterior inferior. Di bawah spina iliaca
posterior inferior terdapat tekik atau cengkungan yang disebut incisura
iskhiadika major. Pada os olium terdapat lajur ialah linea inominata
(linea terminalis) merupakan batas antara panggul besar dan kecil.
b.
Tulang
duduk (os ischium)
Terdapat
disebelah bawah tulang usus. Pinggir belakang berduri disebut spina
ischiadica. Di bawah spina ischiadica terdapat insisura ischiadica minor,
pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, bagian inilah yang mendukung berat badan
kalau kita duduk disebut tuber ischiadikum.
c.
Tulang
kemaluan (os pubis)
Terdapat
sebelah bawah dan depan dari tulang usus. Tulang ini membentuk bagian anterior.
Dengan tulang duduk, tulang ini membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul
yang dinamakan foramen obturatorium. Tungkai tulang kemaluan yang
berhubungan dengan tulang usus disebut ramus superior ossis pubis.
Sedangkan yang berhubungan dengan tulang duduk disebut ramus inferior ossis pubis. Ramus inferior
kiri dan kanan membentuk arcus pubis.
d.
Perhubungan
tulang pangkal paha
Tulang
pangkal paha berhubungan dengan tulang kelangkang dengan perantaraan persediaan
articulatio sacroiliaca dan berhubungan juga dengan jaringan pengikat yang dari
tulang kelangkang pergi ke tulang usus maupun tulang duduk.
Dari
permukaan belakang tulang kelangkang ke tulang usus disebut lig. sacro
iliaca posterior. Dari permukaan depan tulang kelangkang ke tulang usus
disebut lig. sacro iliaca anterior, lig. sacro lumbalis, lig. sacro iliaca
interossea. Dari tulang kelangkang ke spina ischiadica ialah lig. sacro
spinosum. Dari tulang kelangkang ke tuber ischiadica adalah lig. sacro
tuberosum. Tulang pangkal paha kiri dan kanan dihubungkan symphysis pubis.
2.
1
tulang kelangkang (os sacrum)
Tulang
kelangkang berbentuk segitiga melebar ke atas dan meruncing ke bawah. Tulang
kelangkang terletak sebelah belakang antara kedua pangkal paha. Tulang ini
terdiri dari lima ruas tulang yang senyawa. Kiri dan kanan dari garis tengah
tampak lima buah lubang yang disebut foramina sacralia anterior. Lubang
ini dilalui urat-urat saraf yang akan membentuk plexus sacralis dan pembuluh
darah kecil. Plexus sacralia ini melayani tungkai, oleh karena itu kadang-kadang
penderita mersa nyeri atau kejang di kaki, kalau plexus sacralia ini tertekan
waktu kepala turun ke dalam rongga panggul. Permukaan belakang tulang
kelangkang gembung dan kasar.
Crista
sacralis adalah deetan cuat-cuat duri yang terdapat di garis tengah tulang
kelangkang. Ke atas tulang kelangkang berhubungan dengan ruas ke-5 tulang pinggang.
Promontorium merupakan tonjolan-tonjolan ke depan dari ruas ke-5 tulang
pinggang. Ke samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal
paha dengan perantaraan articulation sacro iliaca dan ke bawah dengan tulang
panggung.
3.
1
tulang tungging (os coccygis)
Berbentuk
segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas yang bersatu. Dalam persalinan, tulang ini
dapat bergeser ke belakang sehingga dapat memperluas jalan lahir dan
memperlancar proses persalinan karena mempermudah lewatnya kepala janin saat
proses melahirkan.
bb. Bagian
lunak panggul
Bagian lunak dari panggul terdiri dari otot-otot dan ligament yang
meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah,
yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul yang disebut dengan
diafragma pelvis.
Diafragma pelvis dari dalam keluar terdiri dari:
a.
Pars
muscularis yaitu m. levator ani
Muscularis
levator ani: yang agak ke belakang letaknya dan merupakan suatu sekat yang
ditembus oleh rectum. M. levator ani kiri kanan sebetulnya terdiri dari 3
bagian.
Dari
depan ke belakang dapat dikenal:
1.
Musc.
pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeum
2.
Musc.
ilio coccygeus dari arcus tendineus m. levator ani ke os coccygis dan septum
anococcy geum
3.
Musc.
(ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan os coccygis
b. Antara m. pubo coccygeus
kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalia
yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenital sekat ini menutupi
pintu bawah panggul di sebelah depan dan pada wanita sekat ini ditembus oleh
uretra dan vagina. Diafragma pelvis ini menahan genitalia interna pada
tempatnya. Kalau otot-otot rusak atau lemah misalnya karena persalinan yang
sering dan berturut-turut, mungkin genitalia interna turun (prolaps).
c. Daerah perineum
Daerah perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah
panggul. Daerah ini terdidi dari:
1.
Regio
analis di sebelah belakang: disini terdapat m. spinchter ani externus yang
mengelilingi anus.
2.
Regio
uregenitalis: disini terdapat m. bulbo cavernosus yang mengelilingi vulva, m.
ischio cavernosus, m. transversus perinea superficialis.
cc. Panggul
kecil
Untuk lebih mengerti bentuk dari panggul kecil dan untuk menentukan
tempat bagian depan anak dalam panggul , maka panggul kecil terdiri dari:
4 1. Pintu
Atas Panggul (PAP)
Pintu
atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil. Bentuknya adalah bulat oval.
Batas-batasnya adalah promontorium, sayap sacrum, linea innominata, ramus
superior ossis pubis, dan pinggir atas symphysis.
Biasanya
3 ukuran ditentukan dari p.a.p:
a.
Ukuran
muka belakang (diameter antero posterior, conjugata vera)
Dari
promontorium ke pinggir atas symphysis, terkenal dengan nama conjugata vera,
ukurannya 11 cm. conjugate vera bukanlah ukuran yang terpendek anta promontorium
dan symphysis. Ukuran yang terpendek adalah conjugata obstetrica, dari
promontorium ke symphysis beberapa mm, di bawah pinggir atas symphysis.
b.
Ukuran
melintang (diameter transversa)
Ukuran
melintang adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus
pada conjugata vera, sekitar 12,5 cm untuk Indonesia dan 13,5 untuk eropa.
c.
Ukuran
serong (diameter oblique)
Dari
articulation sacro iliaca ke tuberculum pubicum dari belahan panggul yang
bertentangan (13 cm).
5 2. Pintu
Bawah Panggul (PBP)
Pintu
panggul bawah bukan satu bidang, tetapi terdiri dari 2 segitiga dengan dasar
yang sama, ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan
kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum, sisinya
adalah ligamentum sacro tuberosum kiri dan kanan. Segitiga depan dibatasi oleh
arcus pubis.
Pada
pintu bawah panggul biasanya ditentukan 3 ukuran:
a.
Ukuran
muka belakang: dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5 cm).
b.
Ukuran
melintang: ialah ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah dalam
(10,5 cm).
c.
Diameter
sugistalis posterior: dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5
cm).
6 3. Ruang
Panggul (Pelvic Cavity)
Ruang
panggul terdiri dari:
a.
Bidang
luas panggul
Bidang
luas panggul adalah bidang dengan ukuran-ukuran yang terbesar. Bidang ini
terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan acetabulum dan pertemuan
antara ruas sacral II dan III. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran
melintang 12,5 cm. Karena tidak ada ukuran yang kecil, bidang ini tak menimbulkan
kesukaran dalam persalinan.
b. Bidang sempit panggul
(bidang tengah panggul
Bidang
sempit panggul adalah ukuran yang terkecil. Bidang ini terdapat setinggi
pinggir bawah symphysis, kedua spinae ischiadicae dan memotong sacrum ± 1-2 cm,
di atas ujung sacrum. Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm, dan
diameter segittalis posterior ialah dari sacrum ke pertengahan antara spinae
ischiadicae 5 cm. bidang ini paling sulit penilaiannya dalam ilmu kebidanan,
karena ukuran-ukurannya paling kecil, dan juga sulit untuk mengukurnya.
Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidang sempit
panggul.
Ukuran-ukuran panggul
Persalinan
dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung pada luasnya jalan lahir
yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Untuk
meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa maka pengukuran panggul
diperlukan. Ukuran-ukuran panggul dapat diperoleh secara klinis atau secara
rontgenologis.
Bentuk
panggul
Selain
dari ukuran panggul, bentuk panggul juga menentukan ramalan persalinan.
Caldwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk dasar panggul. Pembagian tersebut
berdasarkan bentuk segmen posterior dan anterior dari p.a.p. segmen posterior
adalah bagian yang terdapat sebelah belakang dari diameter transversa p.a.p.,
sedangkan segmen anterior bagian yang terdapat sebelah depan dari garis
tersebut. 4 bentuk dasar tersebut adalah:
No.
|
Bentuk Panggul
|
Sifat
|
1.
|
Ginekoid
- Posterior sagita diameter hanya
sedikit lebih pendek dari diameter sagita anterior
- Posterior segment: bulan dan lebar
- Bentuk PAP oval atau bulat
- Dinding sampingnya hampir sejajar
- Spina iskladika tidak menonjol,
sekitar 10 cm
- Arkus pubis lebar
- Sudut inklinasi sacrum ke depan
atau ke belakang
- Sakrosiastik membulat dan tidak
sempit
|
- Dalam batas normal tidak dijumpai
sefalopelvik disprofosi
- Adaptasi kepala dengan jalan lahir
baik
- Dengan berat janin kurang dari
3.500 gr persalinan lancar
|
2.
|
Android
- Diameter sagitalis posterior jauh
lebih pendek dari diameter sagitalis anterior
- Segmen posterior mendekati bentuk
segmen anterior, dan tertahan pada sudutnya
- Pelvis depan sempit dan membentuk
segitiga
- Dinding sampingnya menyempit
- Spina iskladika menonjol
- Arkus pubis sempit
- Os sacrum agak kedepan, lurus
tanpa lengkungan
- Diameter sagitalis posterior
pendek pada pintu masuknya dibandingkan dengan pintu keluar karena os sarkum
mempunyai inklinasi
|
- Bentuk ini tidak baik untuk
persalinan per vagina
- Sering terjadi kegagalan putra
paksi dalam
- Trauma persalinan untuk ibu dan
bayinya besar
- Tidak akan tercapai tujuan well
born baby dan well health mother
- Rekomendasi persalinan sebaiknya
seksio sesasera
|
3.
|
Anthropoid
-
Diameter
anterior-posterior lebih besar dari diameter transversalis PAP
-
Bentuk
pelvis oval anteroposterior
-
Segmen
depannya sempit dan menyudut
-
Tonjolan
sakrociatik besar dan dinding sampingnya konvergen
-
Os
sacrum menjadi enam, lurus sehingga menjadi lebih dalam dari lainnya
-
Spina
iskladika menonjol
-
Arkus
pubis sempit, tetapi lebarnya cukup
|
- Bentuk panggul sempit kanan dan
kiri, tetapi dalam artinya jarak antara depan ke belakang
- Dengan spina menonjol dan os
sacrum lurus, akan dijumpai kesempitan ruang panggul tengah
- Mungkin sejak semula sudah
dijumpai kesempitan PAP
- Persalinan pervagina, sulit
dilakukan
|
4.
|
Platipelol
- Diameter anteroposterior pendek
dan diameter transversalis panjang
- Sudut pelvis anterior lebar
- Puboiliaka os iliopektineal
melengkung sangat baik
- Os sacrum melengkung dan memutar
ke belakang
- Sacrum menjadi pendek dan pelvis
menjadi dangkal, menyebabkan sakrosiatika lebih lebar
- Jumlahnya hanya 2-3% pada
perempuan
|
- Merupakan bentuk pelvis ginekoid
yang mendatar
- Kesempitan sudah tampak pada PAP,
sehingga tindakan untuk menyelesaikan persalinan dengan seksio sesarea
|
Walaupun keuntungan pemeriksaan panggul dengan sinar tembus banyak,
kita harus mempergunakannya dengan cermat, karena kita harus ingat bahwa sinar
X dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada pertumbuhan anak dan pada
kelenjar benih ibu maupun anak.
Hubungan
jalan lahir dan kepala janin
Ukuran yang
paling penting adalah diagonal obstetrika, tetapi tidak dapat diukur
langsung. Apa yang dapat dicari saat melakukan pemeriksaan dalam:
- Diameter konjugata, tepi bawah
simfisis sampai promontorium-diukur
- Diameter konjugata vera = diameter
konjugata dikurangi 1½ cm
- Pergerakan os koksigis pada
persendian sakrokoksigus
- Lengkungan os sacrum, telusuri
dari bawah ke atas sampai mencapai promontorium
- Dinding lateral jalan lahir
|
- Ukuran normal diameter konjugata
11,5 cm
- Konjugata obstetrika dengan demikian
dapat diperkirakan
|
Penurunan kepala janin
Yang dimaksud dengan kepala engaged (masuk) PAP adalah jika
bidang biparietalnya sudah berada di bawah bidang H1 (pintu atas panggul).
Untuk menetapkan bahwa kepala janin telah masuk PAP, dapat
dilakukan pemeriksaan dalam:
-
Bagian
terendah harus mencapai spina iskiadika, karena jaraknya dengan PAP sekitar 5
cm
-
Jarak
bidang biparletal ujung kepala janin adalah 3-4 cm
Kepala yang
belum masuk PAP dapat dibuktikan sengan palpasi menurut Leppoid IV. Jari di
bawah kepala janin masih dapat ditarik kea rah proksimal kea rah abdomen.
Fiksasi
kepala janin:
Sebagian
besar kepala telah masuk di bawah PAP sehingga tidak mungkin berubah lagi.
Pemeriksaan Leopoid IV jari tidak dapat bertemu dan divergen pada kepala.
|
-
Pada
primi kepala janin masuk PAP pada minggu ke-36
-
Bukti
bahwa tidak dijumpai kesempitan ukuran panggul minimal ukuran PAP
-
Pada
pemeriksaan harus teraba ujung bawah kepala setinggi H3
-
Mungkin
kepala telah terfiksir sekalipun belum masuk PAP, karena terjadi
molase/kesempitan PAP
|
DAFTAR PUSTAKA
1980.
Anatomi Panggul. Obsentri fisiologi. Bandung: Bagian Obsentri dan
Ginekologi FK Universitas Padjajaran, 7-35.
PUTZR
dan PABST. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobotta jilid II. Jakarta: EGC,
263.
Wiknyosastro
Hanifa. 1997. Alat Kandungan, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka, Sarwini Prawirohardjo, 31-45.
Wilcox AJ, Baird DD, Weinberg CR (1999). Time of
implantation of the Conceptus and loss of pregnancy. New England Journal
of Medicine 340 (23):
1796–1799.
Jones, Derek Llowllyn. 1998. Conception and placental
development Fundamentalis ob Onstetrics and Gymacology, 6th
edition, Mosby, 17-25.
http://frakturhepar.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar