Kamis, 14 Mei 2015

Perkembangan Nilai Budaya

PERKEMBANGAN NILAI BUDAYA

A.  Sistem Budaya dan Sistem Sosial
1.    Sistem Budaya
Sistem budaya adalah seperangkat pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum yang menjadi milik suatu masyarakat melaui proses belajar, yang kemudian diacu sebagai pedoman untuk menata, menilai, menginterpretasi sejumlah benda dan peristiwa dalam beragam aspek kehidupan lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Keseluruhan unsur tadi terkait dalam satu sIstem yang dapat di sebut “ROH” dari kehidupan satu masyarakat. Yang terpenting di antaranya adalah nilai atau nilai budaya (cultural value) yang merupakan satu konsepsi abstrak yang di anggap baik dan amat bernilai tinggi dalam hidup, yang menjadi pedoman tertinggi kelakuan dalam hidup satu masyarakat (Junus Melalatoa).
Fungsi dari sistem nilai budaya adalah:
a.    Pedoman dan pendorong  kelakuan manusia dalam hidup.
b.    Mendorong timbulnya pola-pola cara berpikir.
c.    Sebagai salah satu sistem tata kelakuan yang tertinggi diantara yang lain, seperti  hukum adat, aturan sopan santun, dsb.

2.    Sistem Sosial
Sistem sosial adalah suatu sistem yang sudah distabilisasikan dan merupakan hasil dari hubungan antara struktur sosial dan sistem kebudayaan. Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah laku berinteraksi antar- individu dalam rangka kehidupan masyarakat. ( Lebih konkret dan nyata dari sistem budaya).

Pendekatan struktural-fungsional memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk keseimbangan, sehingga sering disebut pula pendekatan tertib sosial, pendekatan integrasi atau pendekatan keseimbangan. Asumsi dasar dari pendekatan struktural fungsional adalah:
a.    Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem dari suatu sistem daripada bagian-bagian yang salaing berhubungan satu sama lain.
b.    Hubungan antara setiap bagian adalah bersifat saling mempengaruhi dan timbal balik.
c.    Sistem sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan yang bersifat dinamis, artinya menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan memelihara perubahan yang terjadi agar perubahannya terjadi secara minimal. Meskipun menyadari bahwa integrasi sosial tidak mungkin tercapai secara sempurna.
d.   Sistem sosial selalu mengarah ke integrasi sosial, melalui penyesuian ketegangan–ketegangan dan proses institusionalisasi.

B.  Konsep Nilai, Sistem nilai dan Orientasi Nilai
1.    Konsep Nilai Budaya
Nilai budaya adalah bagian dari budaya. Sedangkan, budaya merupakan sebuah, konsep lebih luas dari pada sekedar nilai budaya. Untuk itu, sebelum membahas tentang nilai budaya ada baiknya kita bahas terlebih dahulu konsep tentang budaya.

Budaya (kebudayaan / kultur) sering kali di artikan oleh beranekaragam arti atau makna. Antara satu makna dengan makna yang lain dapat berbeda. Antara orang awam dan akademisi pun dapat berbeda pendapat tentang arti budaya ini, bahkan di antara akademisi mempunyai pandangan yang tidak sama. Kenyataanya budaya memang adalah sebuah konsep yang bermakna serta beraneka ragam. Ada yang memaknainya secara luas dan ada pula yang memaknainya secara sempit. Bagi  mereka yang memaknai sempit/terbatas, budaya di artikan hanya sekedar sebuah seni, candi, tari-tarian, kesusastraan, dan sebagainya. Padahal bagian dari arti-arti seperti di sebutkan adalah bagian dari budaya.

2.    Sistem Nilai Budaya
Sistem nilai budaya adalah rangkaian konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar suatu warga masyarakat. Hal itu menyangkut apa dianggapnya penting dan bernilai. Maka dari itu suatu sistem nilai budaya (atau suatu sistem budaya) merupakan bagian dari kebudayaan yang memberikan arah serta dorongan pada perilaku manusia. Sistem tersebut merupakan konsep abstrak, tapi tidak dirumuskan dengan tegas. Karena itu konsep tersebut  biasanya hanya dirasakan saja, tidak dirumuskan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Itu lah juga sebabnya  mengapa konsep tersebut sering sangat mendarah daging, sulit diubah apalagi diganti oleh konsep yang baru.

Bila sistem nilai budaya tadi memberi arah pada perilaku dan tindakan manusia, maka pedomannya tegas dan konkret. Hal itu nampak dalam norma-norma, hukum serta aturan-aturan. Norma-norma dan sebagainya itu seharusnya bersumber pada, dijiwai oleh serta merincikan sistem nilai budaya tersebut.

Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya dorong dalam diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh lingkungannya. Bagaimana pun juga harus dikatakan bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh kebudayaannya. Artinya, yang dianut oleh individu yang bersangkutan.

Dengan kata lain, sikap individu yang tertentu biasanya ditentukan keadaan fisik dan psikisnya serta norma-norma dan konsep-konsep nilai budaya yang dianutnya. Namun demikian harus pula dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap seseorang sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itu lah juga sebabnya mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok warga masyarakat dengan bertolak (hanya) dari asumsi yang umum saja.

3.    Orientasi Nilai Budaya
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai budaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
Masalah Hidup
Hakikat & sifat hidup
Hidup itu buruk
Hidup itu baik
Hidup itu buruk  tetapi harus diperbaiki
Nilai orientasi budaya
Karya itu untuk hidup
Karya itu untuk kedudukan
Karya itu untuk menambah karya
Hakikat kedudukan manusia dalam ruang
Masa Lalu
Masa kini
Masa depan
Hakikat hubungan manusia dengan alam
Tunduk terhadap alam
Mencari keselarasan dengan alam
Menguasai alam
Hakikat hubungan manusia dengan manusia
Memandang tokoh-tokoh atas
Berjiwa gotong- royong
Berjiwa individualis
Kerangka Kluckhon tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu:
a.   Human nature orientation (orientasi hidup, baik atau buruk): artinya setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai makna hidup, sakit atau sehat. Ada orang yang mengartikan sakit sebagai sebuah kutukan (buruk) dan ada yang memandang sebagai sebuah ujian hidup (baik).
b.   Activity orientation: bahwa pekerjaan sebagai tenaga kesehatan ini diarahkan untuk mencari nafkah, kewajiban profesi, mencari kebahagiaan, bagian dari ibadah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
c.  Time orientation (dulu, sekarang, akan datang): Seorang bidan jika hanya mengagungkan pengalaman tanpa mau mengikuti perkembangan zaman atau teknologi modern termasuk orang yang berorientasi pada masal lalu. Sedangkan seorang bidan yang berorientasi masa depan senantiasa melihat masa depan sebagai peluang dan tantangan serta senantiasa melakukan inovasi pelayanan kesehatan. Sedangkanbidan yang hanya terpaku pada apa yang dimiliki saat ini tanpa mau berkreasi termasuk orang yang berorientasi pada masa kini semata, tanpa melihat masa lalu.
d. Man-nature orientation (dipengaruhi atau mempengaruhi): dalam hal ini setiap orang memberikan persepsi mengenai hubungan dirinya dengan lingkungannya. Muncul dan berkembangnya demam berdarah (DBD) disebabkan karena lingkungan yang buruk sehingga mempengaruhi kualitas kesehatan. Pada kelompok ini  orang menganggap bahwa lingkunganlah yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidupnya. Tetapi sudut pandang lain dapat berkata bahwa karena perilaku manusia yang buruk terhadap lingkungan, sehingga menyebabkan lingkungan kotor dan akhirnya menjadi penyebab mewabahnya DBD.
e.   Relational orientation: Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang bidan dapat melakukan kerja sama dengan tenaga medis lainnya. Namun pada kenyataannya, pandangan seperti ini bergantung pada keyakinan yang dimilikinya, ada yang memandang bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagai tugas pribadi, sehingga tidak menimbulkan partner yang lain. Seorang dokter yang berorientasi kerja sendiri akan memandang bahwa bidan hanya sebagai pembantu dirinya. Sedangkan bagi seorang dokter yang menggunakan pola pikir kolaboratif memandang bahwa perawat merupakan partner kerja yang sama pentingnya dengan posisi dirinya sendiri.

4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem nilai budaya di masyarakat:
a.  Pola bersikap (ideas) : wujud kebudayaan yang ideal, suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb juga disebut jiwanya.
b.    Pola bertindak dan kelakuan (aktivities): wujud kebudayaan kelakuan, suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga organisasi.
c. Pola sarana benda-benda (Artifacts): wujud kebudayaan  sebagai benda-benda hasil karya manusia (fisik), disebut juga teknologi.

5.    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai budaya
Menurut Munandar Sulaiman (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perkembangan nilai budaya adalah:
a.    Jarak komunikasi antara kelompok etnis
Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan konflik budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompiok etnis ke kelompok etnis yang lain. Contoh migdrasi ke kelompok etnis yang berbeda mungkin menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk asli, misalnya menganggap rendah status etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin juga etnis pendatang menjadi penggerak pembangunan di daerah kelompok etnis penduduk asli (positif).
b.    Pelaksanaan pembangunan
Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem nilai ke arah yang positif dan negatif. Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke perbaikan antara lain:
-    Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi pola hidup modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
-     Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat menjadi pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan dukungan prasarana dan sarana serta teknologi.
-   Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan meningkat menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih dan senang serta aman sesuai dengan standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.
-     Kemampuan kerja yang hanya berbasis kekuatan fisik dan pengalaman, meningkat menjadi kemampuan kerja berbasis keahlian, dan keterampilan yang  didukung teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar