MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah mengungkapkan apa
yg hendak dikerjakan dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata lain menajemen
menentukan tujuannya dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa
yang hendak dituju) dan mencapainya.
Muninjaya 1999, “Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya”.
2. Fungsi Manejemen
a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses
yang dimulai dengan merumuskan tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya. Dalam bidang kesehatan sendiri, manajemen merupakan
proses merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat , menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia , menetapkan tujuan program yang paling
pokok , dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manfaat perencanaan dari manajemen ialah:
1. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena
mengetahui tujuan dan cara mencapainya.
2. Mengetahui struktur
organisasi yang dibutuhkan.
3. Mengetahui jenis dan jumlah
staf yang diinginkan dan urain tugasnya.
4. Mengukur hasil kegiatan yang
akan dicapai.
b. Pengorganisasian
Alat yang akan dapat merealisasikan
tujuan dan sasaran organisasi dan hal yang paling pokok adalah pembagian tugas
atau merupakan alat untuk memadukan / mensinkronisasikan semua kegiatan yang
beraspek personil, finansial , material, dan tatacara dalam rangka menapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manfaat organisasai adalah:
1. Pembagian tugas untuk
perorangan / kelompok .
2. Hubungan koordinasi dalam
kegiatn yang akan dilakukan antar anggota organisasai dulu.
3. Pendelegasian wewenang.
4. Pemanfaatan fasilitas fisik
dan anggota.
c. Pelaksanaan (Aktuasi)
Merupakan usaha untuk menciptakan
kerjasama di antara pelaksana kegiatan sehingga tujuan organisasai tercapai
secara efektif dan efisien. Tujuan aktuasi ialah:
1. Menciptakan kerjasama yang
lebih efisien.
2. Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan petugas.
3. Menumbuhkan rasa memiliki
dan menyukai apa yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Menciptakan suasana kerja
yang dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi petugas.
5. Organisasi dapat berkembang
lebih dinamis.
d. Pengawasan dan Pengendalian
Tujuan pengawasan ialah sebgai
pengemban efisiensi penggunaan sumber daya dan menjamin efektiftas tujuan
program. Manfaat dari pengawasan ialah:
1. Meningkatkan efisiensi.
2. Mengetahui penyimpangan
pengetahuan, skill staff.
3. Mengetahui apakah waktu dan sumberdaya
lainya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4. Mengetahui sebab-sebab
terjadinya penyimpangan.
5. Mengetahui staf yang dapat
diberikan reward dan punishment.
e. Pencatatan dan
Pelayanan
Merupakan suatu sitem untuk
melakukn pencatatan tentang pendataan dari kegiatan pelayanan
yang dilakukan juga dapat diamanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan
evaluasai yang menilai akan tidak atau berhasilnya kegiatan tersebut.
3. Prinsip-prinsip Manejemen
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai
akhir dengan hanya menggunakan sarana yg perlu dengan menggunakan sarana
sesedikit mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil
yang dicapai dan usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
b. Efektifitas
Seberapa besar suatu tujuan sedang
atau telah tercapai efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan
oleh manajemen.
4. Proses manajamen kebidanan sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife terdiri dari :
a. Secara sistimatis mengumpulkan dan
memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan
membuat diagnose berdasarkan interpretasi data dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan
dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama
klien.
d. Memberikan informasi dan
support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap
kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan
yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi
bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan
melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan
asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi
tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien
terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
5. Pengertian Manejemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah metode
dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan
oleh bidan didalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Manajemen kebidanan bagi bidan dapat juga diartikan sebagai alat
yang digunakan seorang bidan untuk memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak.
6. Langkah-langkah Manejemen Kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan dalam
bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut
langkah atau proses manajemen kebidanan. Proses manajemen kebidanan ditulis
oleh varney berdasarkan proses manajemen kebidanan American College of Nurse
Midwife (ACNM) yg pada dasar pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut
Varney.
7. Tujuh Langkah Varney
Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara: Anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang
perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah
awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji
ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah II: Merumuskan
Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Langkah III: Mengantisipasi
Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi
masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang
akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potesial tidak terjadi.
Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan
Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi,
penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan
bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada
langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk
segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan
segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat
rujukan.
Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang
telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui
oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima
dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam
situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi
klinik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar