Kamis, 14 Mei 2015

Manajemen Kebidanan

MANAJEMEN KEBIDANAN

1.  Pengertian Manajemen
Manajemen adalah mengungkapkan apa yg hendak dikerjakan dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata lain menajemen menentukan tujuannya dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Muninjaya 1999, “Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.

2.  Fungsi Manejemen
a.   Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Dalam bidang kesehatan sendiri, manajemen merupakan proses merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat , menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia , menetapkan tujuan program yang paling pokok , dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manfaat perencanaan dari manajemen ialah:
1. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan dan cara mencapainya.
2.   Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan.
3.   Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan urain tugasnya.
4.   Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai.
b.   Pengorganisasian
Alat yang akan dapat merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi dan hal yang paling pokok adalah pembagian tugas atau merupakan alat untuk memadukan / mensinkronisasikan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial , material, dan tatacara dalam rangka menapai tujuan yang telah ditetapkan. Manfaat organisasai adalah:
1.      Pembagian tugas untuk perorangan / kelompok .
2.      Hubungan koordinasi dalam kegiatn yang akan dilakukan antar anggota organisasai dulu.
3.      Pendelegasian wewenang.
4.      Pemanfaatan fasilitas fisik dan anggota.
c.   Pelaksanaan (Aktuasi)
Merupakan usaha untuk menciptakan kerjasama di antara pelaksana kegiatan sehingga tujuan organisasai tercapai secara efektif dan efisien. Tujuan aktuasi ialah:
1.      Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
2.      Mengembangkan kemampuan dan keterampilan petugas.
3.      Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai apa yang menjadi tanggung jawabnya.
4.      Menciptakan suasana kerja yang dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi petugas.
5.      Organisasi dapat berkembang lebih dinamis.
d.   Pengawasan dan Pengendalian
Tujuan pengawasan ialah sebgai pengemban efisiensi penggunaan sumber daya dan menjamin efektiftas tujuan program. Manfaat dari pengawasan ialah:
1.      Meningkatkan efisiensi.
2.      Mengetahui penyimpangan pengetahuan, skill staff.
3.    Mengetahui apakah waktu dan sumberdaya lainya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4.      Mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5.      Mengetahui staf yang dapat diberikan reward dan punishment.
e.   Pencatatan dan Pelayanan
Merupakan suatu sitem untuk melakukn pencatatan tentang pendataan   dari  kegiatan pelayanan yang dilakukan juga dapat diamanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan evaluasai yang menilai akan tidak atau berhasilnya kegiatan tersebut.

3.    Prinsip-prinsip Manejemen
a.   Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yg perlu dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b.   Efektifitas
Seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.

4. Proses manajamen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife terdiri dari :
a.  Secara sistimatis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b.   Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan interpretasi data dasar.
c.  Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d.   Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
e.   Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f.   Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual.
g.  Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
h.  Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
i.   Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

5.  Pengertian Manejemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan didalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Manajemen kebidanan bagi bidan dapat juga diartikan sebagai alat yang digunakan seorang bidan untuk memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak.


6.  Langkah-langkah Manejemen Kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen kebidanan. Proses manajemen kebidanan ditulis oleh varney berdasarkan proses manajemen kebidanan American College of Nurse Midwife (ACNM) yg pada dasar pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut Varney.

7.  Tujuh Langkah Varney
Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara: Anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi.

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar