Senin, 08 Juni 2015

Solusio Plasenta

SOLUSIO PLASENTA

A.    Pengertian Solusio Plasenta
-          Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta  dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu/ berat janin diatas 500 gr (saifuddin,2007).
-          Solusio plasenta adalah pemisahan prematur plasenta yang terimplantasi normal di dalam dinding uterus, yang mengakibatkan perdarahan retroplasenta setelah gestasi minggu ke-20 dan sebelum janin dilahirkan (Walsh, 2008).

B.        Klasifikasi
1.   Solusio plasenta ringan: terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit perut agak terasa sakit atau terus-menerus agak tegang, bagian janin masih mudah teraba.
2.  Solusio plasenta sedang: plasenta telah terlepas lebih dari seperempat.tanda dan gejala dapat timbul perlahan/ mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus lalu terjadi perdarahan pervaginam. Dinding uterus terasa tegang terus-menerus dan nyeri tekan. Sehingga bagian janin sukar diraba,telah ada tanda persalinan.
3.   Sulosio plasenta berat: plasenta terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya penderita jatuh sock dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang, nyeri, perdarahan pervaginam, adanya kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal

C.     Etiologi
Belum diketahui pasti faktor disposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik. Trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor uterus. Defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain.

D.       Tanda dan Gejala
1.      Pendarahan.
2.      Nyeri intermiten/menetap.
3.      Warna darah kehitaman dan cair.
4.      Bila ostium terbuka terjadi perdarahan dengan warna merah segar.
5.      Nyeri tekan uterus.
6.      Gawat janin.
7.      Persalinan prematur.
8.      Kontraksi berfrekuensi tinggi.
9.      Kematian janin (saifuddin, 2007).

E.     Patofisiologi
Terjadinya sulosio plasenta dipicu oleh perdarahan di dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidua yang menyebabkan : pelepasan, kompresi, dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, sehingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta.karena uterus tetap berdestensi dengan adanya janin. Uterus tidak mampu berkontaraksi optimal untuk menekan pembulu drah tersebut.Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

F.      Penatalaksanaan
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi sebelum dirujuk, anjurkan pasien tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan  tekanan rongga perut (misalnya : batuk mengedan, karna sulit BAB). Terapi (kolaborasi dengan dokter obgyn) dibedakan menjadi:
1.      Terapi konservatif (ekspektatif)
a.       Resusitasi cairan:memperbaiki hipovolemi atau mengatasi syok dan anemia.
b.      Darah (harus diberikan darah secepatnya untuk menghindari syok dan anemia.
c.      Cairan: berikan cairan NaCl, RL.
d. Obat antihipertensi yg membantu pembuluh darah tetap terbuka, obat-obatan kortikosteroid (untuk antiinflamasi, mencegah retensi Na dan mempertahankan ketahanan kapiler).
2.      Terapi Aktif
Prinsipnya melakukan tindakan agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif obstetrik. Langkah-langkahnya:
1.      Amniotomi dan pemberian oksitosin kemudian diawasi serta pimpin partus spontan.
2.   Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah turun sampai Hodge III – IV , maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep, tetapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.
3.      Seksio sesarea biasanya dilakukan pada:
a.       Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
b.   Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.
c.      Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang.
4.   Histerektomi dapat dipertimbangkan bila terjadi afibrinogemia dan kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.

G.    Komplikasi
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya sulosio plasenta berlangsung komplikasi pada ibu ialah:
1.      Pendarahan
2.      Oliguria
3.      Gagal ginjal
4.      Gawat janin

5.      Apopleksia uteroplasenta(uterus couvelaire)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar