PLASENTA PREVIA
A.
Pengertian Plasenta Previa
-
Plasenta
previa
adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas
uterus (Prawirohardjo,
2006).
-
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks (Varney, 2006).
B.
Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu, yaitu:
-
Plasenta
previa
totalis, apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta.
-
Plasenta
previa
parsialis, apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta.
- Plasenta previa
marginalis, apabila pinggir plasenta
berada tepat pada pinggir pembukaan.
- Plasenta
previa
letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus,
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta
berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir .
C.
Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan (Manuaba, 2008). Menurut Manuaba (2008) implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan:
1.
Endometrium di fundus uteri belum
siap menerima implantasi.
2. Endometrium yang tipis sehingga
diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin.
3.
Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang
persisten.
D.
Etiologi
Plasenta previa merupakan
salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi
pada wanita dengan kondisi sebagai berikut (Varney, 2006):
1.
Paritas
2.
Usia ibu
3. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat seiring peningkatan
jumlah seksio sesarea).
4.
Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).
E.
Faktor Predisposisi dan
Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta:
a. Kehamilan kembar (gamelli).
b. Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium:
a. Malnutrisi ibu hamil.
b. Melebarnya plasenta karena gamelli.
c. Bekas seksio sesarea.
d. Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi:
a. Endometrium fundus kurang subur.
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap
untuk nidasi.
F.
Patofisologi
Seluruh
plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen
bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan.
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi
kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya
perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan
membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan dengan
ostimintenum. Plaseta yang letaknya demikian akan diam di tempatnya sehingga
terjadi plasenta previa.
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekannya plasenta (apabila
plasenta tumbuh di segmen bawah rahim ). Pelebaran pada segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks akan menyebabkan bagian plasenta yang di atas atau
dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus. Segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan pada trimester III. Perdarahan tidak dapat dihindari
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti
pada plasenta letak normal. ( Doengoes, 2000 ).
G.
Penatalaksanaan
1.
Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan
secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006). Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a.
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b.
Belum ada
tanda-tanda in partu.
c.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar
hemoglobin dalam batas normal).
d.
Janin masih hidup.
2.
Terapi aktif
Wanita
hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta
previa (Prawirohardjo, 2006):
a.
Seksio sesarea
b.
Melahirkan pervaginam
H.
Prognosis
Mortalitas
perinatal kurang dari 50 per 1000, kematian janin disebabkan karena hipoksia.
Setelah lahir dapat terjadi perdarahan postpartum karena trofoblas menginvasi
segmen bawah uteri. Bila perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan histerektomi.
Mortalitas ibu rendah dengan pelayanan obstetri yang baik dan tidak dilakukan
pemeriksan sebelum masuk rumah sakit (Cunningham, 2006 dan Jones, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar