Senin, 08 Juni 2015

Plasenta Previa

PLASENTA PREVIA

A.    Pengertian Plasenta Previa
-          Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus (Prawirohardjo, 2006).
-          Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2006).

B.     Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
-          Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
-          Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
-         Plasenta previa marginalis,  apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
-         Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir .

C.     Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan (Manuaba, 2008). Menurut Manuaba (2008) implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan:
1.      Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
2.   Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin.
3.      Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten.

D.    Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai berikut (Varney, 2006):
1.      Paritas
2.      Usia ibu
3.  Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).
4.      Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).

E.     Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:
1.      Melebarnya pertumbuhan plasenta:
a.       Kehamilan kembar (gamelli).
b.      Tumbuh kembang plasenta tipis.
2.      Kurang suburnya endometrium:
a.       Malnutrisi ibu hamil.
b.      Melebarnya plasenta karena gamelli.
c.       Bekas seksio sesarea.
d.      Sering dijumpai pada grandemultipara.
3.      Terlambat implantasi:
a.       Endometrium fundus kurang subur.
b.      Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

F.      Patofisologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam  sangat rendah dalam kavum uteri, akan membentuk  plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letaknya demikian akan diam di tempatnya sehingga terjadi  plasenta previa.

Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekannya plasenta (apabila plasenta tumbuh di segmen bawah rahim ). Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaan  serviks akan menyebabkan bagian plasenta yang di atas atau dekat ostium  akan terlepas dari dinding uterus. Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trimester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. ( Doengoes, 2000 ).

G.    Penatalaksanaan
1.      Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006). Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a.       Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b.      Belum ada tanda-tanda in partu.
c.       Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d.      Janin masih hidup.
2.      Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa (Prawirohardjo, 2006):
a.       Seksio sesarea
b.      Melahirkan pervaginam

H.    Prognosis
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000, kematian janin disebabkan karena hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi perdarahan postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri. Bila perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan histerektomi. Mortalitas ibu rendah dengan pelayanan obstetri yang baik dan tidak dilakukan pemeriksan sebelum masuk rumah sakit (Cunningham, 2006 dan Jones, 2002). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar