RUPTUR UTERI
A.
Pengertian Ruptur Uteri
-
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus,
dapat terjadi selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan
kelahiran bahkan selama stadium ke tiga persalinan (Chapman, 2006;h.288).
- Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung
terhubung dengan rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya
oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum latum
(inkomplit) (Cunningham,2005;h.217).
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan
lapisan dinding rahim
a. Ruptur uteri inkomplit:
keadaan robekan pada rahim dimana terjadi lapisan dimana lapisan serosa atau perimetrium
masih utuh.
b. Ruptur uteri komplit:
keadaan robekan pada rahim dimana terjadi pada ketiga lapisan dinding rahim dan
telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum.
2.
Berdasarkan penyebab terjadinya
a.
Ruptur uteri spontan: keadaan robekan pada
rahim karena kekuatan his semata.
b. Ruptur uteri violent: keadaan robekan pada
rahim yang di sebabkan ada manipulasi tenaga tambahan lain seperti induksi,
atau stimulasi partus dengan oksitosin atau yang sejenis atau dorongan yang
kuat pada fundus dalam persalinan.
c. Ruptur uteri traumatika: keadaan robekan pada
rahim yang di sebabkan oleh trauma pada abdomen seperti kekerasan dalam rumah
tangga dan kecelakaan lalu lintas.
C.
Etiologi
1.
Ruptur uterus spontan (Fraser dab
Cooper,2009;h.593)
a.
Paritas tinggi.
b.
Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama
pada ibu paritas tinggi.
c. Pengunaan prostaglandin untuk menginduksi
persalinan, pada ibu yang memiliki eskar.
d. Persalinan macet; rupture uteri terjadi akibat
penipisan yang berlebihan pada segmen bawah uterus.
e. Persalinan terabaikan, dengan riwayat seksio
sesarea sebelumnya.
f. Perluasan laserasi serviks yang berat ke atas
menuju segmen bawah uterus, hal ini dapat terjadi akibat trauma selama
pelahiran dan tindakan.
g.
Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
h. Perforasi uterus non-hamil , mengakibatkan
rupture uteri pada kehamilan berikutnya;perforasi dan rupture terjadi pada
segmen atas uterus.
i.
Rupture uterin antenatal dengan riwayat seksio
sesarea klasik sebelumnya.
D. Patofisiologi
Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding
korpus uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih
kecil. Akibatnya tubuh
janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah dan ke dalam SBR. SBR
menjadi lebih lebar karena dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke
atas oleh kontraksi SAR yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran
retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian
terbawah janin tidak dapat terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya
(misalnya panggul sempit atau kepala janin besar) maka volume korpus yang
tambah mengecil pada saat his harus diimbangi oleh perluasan SBR ke atas.
Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologi
semakin (physiologic retraction
ring) semakin meninggi ke arah pusat melewati batas fisiologi menjadi
patologi (pathologic retraction ring) lingkaran patologik ini di sebut
lingkaran Bandl (ring van Bandl).
SBR terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh serviks dan
his berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung
turun ke bawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin
meninggi dan SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis hanya
beberapa milimeter saja lagi. Ini
menandakan telah terjadi ruptur imminens dan rahim yang terancam robek
pada saat his berikut berlangsung dindinng SBR akan robek spontan pada tempat
yang tertipis dan terjadilah perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas
robekan yang terjadi dan pembuluh darah yang terputus .
E.
Komplikasi
1.
Gawat janin
2. Syok hipovolemik: terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapat infus cairan
kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan
tranfusi darah.
3. Sepsis: infeksi berat umumnya terjadi pada
pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di Rumah Sakit
dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang.
Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi
antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang
luas dan menjadi sepsis pasca bedah.
4.
Kecacatan dan morbiditas
a. Histerektomi merupakan cacat permanen, yang
pada kasus belum punya anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang
berat dan mendalam.
b. Kematian maternal /perinatal yang menimpa
sebuah keluarga merupakan komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar